Profesi Lady Escort (LE), Lady Companion (LC) alias Pemandu Karaoke bahkan Guest Relation Officer (GRO) di café-café dan di klub-klub malam banyak diminati wanita cantik, kenapa? (2-bersambung)

Selain berparas cantik dan memiliki bentuk tubuh ideal, Lady Escort (LE), Lady Companion (LC) dan Guest Relation Officer (GRO) rata-rata masih muda. Tak berlebih ketika tempat hiburan malam sengaja “memasang” mereka untuk menjadikan daya tarik . Namun tak sedikit dugemmers atau pengunjung yang mencoba mendekati, merayu, bahkan menjanjikan sejumlah materi. Bahkan tak menutup kemungkinan, ujung-ujungnya sebagai pemuas nafsu.

Seperti pelajaran biologi di SMA, hukum simbiosis mutualisme berlaku bagi ketiga belah pihak (LC/LE, Dugemmers, dan pemilik café/discotik). Tak pelak, persaingan di dunia hiburan malam membuat modal utama LC/LE yang “harus” (cantik, smart, gaul, bahkan super seksi) menjadi tolak ukur. Rata-rata mereka yang memilih profesi itu masih berusia muda. (Meminjam istilah Warga Drokilo, Kedungadem mereka sangat “SEHAT”..hehe).

Menjadi LC/LE memang modal utamanya harus berparas cantik, didukung bentuk fisik yang menarik. Tak dapat dipungkiri bila kemudian diantara mereka nyambi sebagai pemuas nafsu pria hidung belang.

Ocha (nama sebenarnya, salah satu GRO panti pijat dan spa di Malang menjelaskan, tugasnya di salah satu hiburan malam itu yaitu memberikan arahan yang jelas kepada pelanggan/pengunjung dalam menggunakan fasilitas yang ditawarkan di tempat ia bekerja. Lajang berusia 22 tahun itu bertugas sebagai front officer. Parasnya yang cantik, berkulit bersih dan memiliki lekuk tubuh yang menarik menjadi pemandangan indah. Yang membedakan dengan yang lain, dalam bekerja Ocha berseragam lebih sopan dan bersikap profesional dalam melayani tamu. Dia bertugas menerangkan apa saja yang bisa diperoleh alias fasilitas di dalamnya. (Kebetulan saat ini ia bekerja di salah satu panti pijat sekaligus menyediakan spa )

Tahun 2006 lalu, Ocha pernah menjadi bartender di salah satu café sekitar sengkaling sebelum berpindah ke tempat barunya itu. Dia bercerita, umumnya dia mengenal baik tamunya terutama yang kerap datang ke tempat ia bekerja sekarang. Kedekatannya dengan berbagai tipe pria itu membuatnya terbiasa dan bebas untuk bercanda akrab. Sikapnya yang manis dan terbuka menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung spa itu. Ibaratnya di tengah-tengah banyaknya bunga yang sewarna, mencuat bunga dengan warna yang berbeda dan tentunya lebih menarik. Karena gadis seperti Ocha tak berdandan mencolok dan make up-nya tipis alias tak menor.

Dia mengakui, kedekatannya dengan tamu (pengunjung) itu yang justru memberi peluang mendapatkan penghasilan sampingan selain gaji bulanan yang ia peroleh. Menurut dia, dirinya tak berani meminta barang-barang mahal, misalnya jam atau ponsel keluaran terbaru. “Aku tak pernah lho mas minta sesuatu pada mereka, namun kalau dikasih ya tak terima,’’ aku gadis asal kota brem itu. Bukan klien-nya yang tak mampu membelikannya, namun dia tak ingin “pekerjaan” sampingannya itu diketahui oleh orang lain apalagi orang tuanya. Dengan pekerjaan yang mengharuskan ia pulang larut malam, Ocha sekarang nge-kost sekitar 200 m dari tempat ia bekerja. (mau tau kost-nya, di daerah Dau Malang, tepatnya rumah di sebelah barat bakul nasi goreng. Positif..nda).

Tak berbeda jauh dengan Ocha, Eva (yang ini bukan nama sebenarnya) teman satu kost Ocha yang berprofesi hampir sama. Eva tak menampik pekerjaan di tempat hiburan malam punya peluang besar untuk mendatangkan uang. Ia tahu, pekerjaan yang dilakukannya cenderung menonjolkan penampilan (bentuk tubuh) ketimbang skill. Bukan rahasia lagi lanjut Eva, dirinya berhubungan dengan tamu yang datang ke tempat tersebut yang tujuan mencari wanita penghibur. “Namun jika pengunjung tak mau ditemani, ya nggak pa pa,’’ katanya enteng. Pekerjaan yang diembannya relatif mudah, itu pun tak terlalu mutlak tergantung tamu yang dihadapi. Ia kadang harus menemani tamu hingga larut malam hingga menenggak minuman alkohol misalnya.

Tugas Eva sebagai GRO sebenarnya selain sebagai sumber informasi juga berusaha membuat tamu membelanjakan uang sebanyak-banyaknya terutama untuk membeli minuman. Naluri lelaki adalah dengan keberadaan wanita di sampingnya, tamu-tamu itu GR (gedhe rumongso) sehingga lebih tertantang untuk banyak minum. Sasaran utama yaitu tamu yang datang minimal berdua. “Biasanya tamu yang datang berkelompok lebih royal membelanjakan uangnya termasuk minuman yang dipesan. Tak jarang aku juga ditraktir oleh mereka,’’ ungkap cewek yang masih kuliah di salah satu PTS terkenal dengan slogan white kampus itu. (Agus C. Winardi)